BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada era globalisasi
teknologi merupakan salah satu sarana yang tidak lepas pada kehidupan sehari-hari
untuk melakukan aktivitas. Jadi, dalam era globalisasi seperti sekarang ini,
setuju atau tidak, mau atau tidak mau, kita harus berhubungan dengan teknologi
khususnya teknologi informasi, sebab teknologi tersebut mempengaruhi kehidupan
kita sehari-hari. Oleh karena itu, sebaiknya tidak “gagap” terhadap
perkembangan teknologi informasi. Banyak hasil penelitian bahwa siapa yang
terlambat menguasai informasi, maka terlambat pula memperoleh kesempatan untuk
maju. Atas dasar kreativitas akalnya, manusia mengembangkan IPTEK untuk
mengolah SDA yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa.
Pengembangan IPTEK harus didasarkan terhadap
moral dan kemanusiaan yang adil dan beradab, agar semua masyarakat mengenal
IPTEK secara merata. Begitu juga diharapkan SDM-nya bisa lebih baik lagi,
apalagi banyak kemudahan yang akan kita dapatkan. Namun, berbanding terbalik
dengan realita yang ada karena semakin canggih perkembangan teknologi, telah
membuat masyarakat menjadi malas yang disebabkan oleh kemudahan-kemudahan yang
ada tersebut. Contohnya perkembangan IPTEK dibidang telekomunikasi, zaman
dahulu handphone itu sangat langka karena harganya yang mahal berbeda
dengan sekarang harga handphone sudah sangat murah dan terjangkau oleh
semua lapisan masyarakat. Hampir dalam semua kegiatan, manusia memanfaatkan
teknologi, baik yang sederhana maupun yang canggih. Penciptaan teknologi,
sesuai dengan esensinya, dilakukan untuk memudahkan kegiatan hidup manusia.
Walaupun mampu memberikan kontribusi positif, dampak dari penciptaan sebuah
teknologi sering pula memberi warna negatif tehadap hidup manusia.
Manusia harus memandang
teknologi sebagai sesuatu yang bersifat netral yaitu sarana yang dapat membantu
untuk melaksanakan tugas dan aktivitas pekerjaan. Demikian pula halnya dengan
komputer yang merupakan teknologi yang berkembang pesat, yang terbukti telah
banyak membantu meningkatkan kinerja manusia. Perkembangan zaman saat ini
menginjak pada suatu zaman yang menurut Alvin Toffler merupakan gelombang
ketiga dari revolusi perkembangan zaman, yaitu revolusi teknologi elektronika dan
informatika. Secara umum perkembangan dalam informasi menurut Miarso (2004)
menunjukkan ciri-ciri sebagai berikut:
1. meningkatnya
daya muat untuk mengumpulkan, menyimpan, memanipulasi, dan menyajikan informasi
2.
kecepatan
penyajian informasi yang meningkat
3.
miniaturisasi
perangkat keras yang disertai dengan ketersediaan yang melimpah
4.
keragaman
pilihan informasi untuk melayani berbagai macam kebutuhan
5.
biaya perolehan
informasi, terutama biaya untuk transmisi data yang cepat dalam jarak jauh,
yang secara relatif semakin turun
6.
kemudahan
penggunaan produk teknologi komunikasi dan informasi, baik yang berupa
perangkat keras maupun perangkat lunak
7.
kemampuan
distribusi informasi yang semakin cepat dan luas, dan karen itu informasi lebih
mudah diperoleh, dengan menembus batas-batas geografis, politis, maupun
kedaulatan
8.
meningkatnya
kegunaan informasi dengan keanekaragaman pelayanan yang dapat diberikan hingga
memungkinkan pemecahan masalah yang ada secara lebih baik serta dibuatnya
prediksi masa depan yang lebih tepat.
Era teknologi seperti yang
disebutkan di atas membawa perubahan-perubahan serta pengembangan dalam
berbagai segi kehidupan. Tidak terkecuali dalam bidang pendidikan. Besarnya
peran teknologi komunikasi dan informasi membawa peran tersendiri bagi pendidikan
baik sebagai pendukung sistem maupun media pendidikan. Pada makalah ini penulis
akan memfokuskan perannya sebagai media pendidikan yang dikhususkan pada anak
usia dini. Anak usia dini adalah sosok
individu yang sedang menjalani suatu proses perkembangan dengan pesat
dan fundamental bagi kehidupan selanjutnya. Pada masa rentang usia 0-8 tahun ini
proses pertumbuhan dan perkembangan dalam berbagai aspek sedang mengalami masa
yang cepat dalam rentang perkembangan manusia.
Proses pembelajaran sebagai bentuk
perlakuan yang diberikan pada anak harus memperhatikan karakteristik yang dimiliki setiap tahap
perkembangan anak. Berdasarkan Undang-undang No.20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional berkaitan dengan Pendidikan Anak Usia Dini tertulis pada
pasal 28 ayat 1 yang berbunyi ‘ Pendidikan Anak Usia Dini yang diselenggarakan
bagi anak sejak lahir sampai dengan enam tahun dan bukan merupakan prasyarat untuk
mengikuti pendidikan dasar”.
Selanjutnya pada Bab I pasal
I ayat 14 ditegaskan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang
ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan
melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan
jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan
lebih lanjut (Depdiknas,USPN,2004:4). Dalam hal ini lebih menitikberatkan pada
peletakan dasar kearah pertumbuhan dan perkembangan fisik, kecerdasan,
sosial emosional, bahasa dan komunikasi sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap
perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas maka penulis membatasi pada masalah
sebagai berikut:
1.
Bagaimana keterkaitan
antara ICT dengan pendidikan anak usia dini?
2. Bagaimana
cara mengenalkan teknologi informasi pada anak usia dini yang tidak dibahayakan
oleh manfaatnya?
3. Apa
saja dampak yang terjadi akibat dari pengenalan ICT pada anak usia dini?.
4. Aspek
perkembangan apa yang dapat dikembangkan melalui ICT?.
C. Tujuan
1.
Mengenalkan
teknologi informasi yang ramah anak pada anak usia dini.
2.
Memberi penjelasan
lebih dalam tentang ICT.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Hakekat
Belajar Anak Usia Dini
Pembelajaran Anak Usia Dini berpedoman pada prinsip belajar
bermain bermain atau bermain. Bermain merupakan tuntutan dan kebutuhan bagi
anak usia dini, sehingga kegiatan pembelajarannya dilakukan dengan berbagai
macam permainan dalam suasana yang menyenangkan dan merangsang anak untuk
terlibat secara aktif. Bermain merupakan suatu kegiatan yang dilakukan dengan atau
tanpa alat yang menghasilkan pengertian atau memberikan informasi, memberikan kesenangan
maupun mengembangkan imajinasi pada anak (Sudono, 2000)[1].
Sedangkan belajar merupakan aktivitas mental atau psikis yang
berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan
dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap (Darsono, 2000)[2].
Melalui bermain, tuntutan akan kebutuhan perkembangan dimensi motorik, kognitif,
kreatifitas, bahasa, emosi, interaksi sosial, nilai-nilai, dan sikap hidup
dapat terpenuhi. Ketika bermain, anak akan berimajinasi dan mengeluarkan
ide-ide yang tersimpan dalam dirinya. Anak mengekspresikan pengetahuan yang dia
miliki tentang dunia sekitarnya. Melalui kegiatan bermain, anak mempunyai
kesempatan lebih banyak untuk bereksplorasi, sehingga pemahaman tentang konsep
maupun pengertian dasar suatu pengetahuan dapat dipahami anak dengan lebih
mudah.
B. Definisi ICT
ICT (Informations and
Communication Technologies) atau di-Indonesiakan menjadi Teknologi Informasi
dan Komunikasi merupakan suatu sistem yang terdiri dari sistem informasi dan
komunikasi. Masing-masing memiliki definisi dan ruang lingkup tersendiri.
Teknologi informasi merupakan studi atau penggunaan peralatan elektronika,
terutama komputer untuk menyimpan, menganalisis dan mendistribusikan informasi
apa saja, termasuk kata-kata, bilangan dan gambar. Lucas (dalam munir, 2008)[3]
menyatakan bahwa teknologi informasi adalah segala bentuk teknologi yang
diterapkan untuk memproses dan mengirim informasi dalam bentuk elektronik, mikro
komputer, komputer mainframe, pembaca
barcode, perangkat lunak memproses
transaksi, perangkat lembar kerja dan peralatan komunikasi dan jaringan merupakan
contoh teknologi informasi. Informasi yang disampaikan berupa pesanpesan elektronik.
Teknologi Informasi
menekankan pada pelaksanaan dan pemrosesan data seperti menangkap,
mentransmisikan, menyimpan, mengmbil, memanipulasi atau menampilkan data dengan
menggunakan perangkat-perangkat teknologi elektronik terutama komputer Sedangkan
Teknologi komunikasi merupakan perangkat-perangkat teknologi yang terdiri dari hardware, software, proses dan sistem,
yang digunakan untuk membantu proses komunikasi, yang bertujuan agar komunikasi
berhasil. Teknologi komunikasi menekankan pada penggunaan perangkat teknologi
elektronika dan lebih menekankan pada aspek ketercapaian tujuan dalam proses
komunikasi, sehingga data dan informasi yang diolah dengan teknologi informasi
harus memenuhi kriteria komunikasi yang efektif. Secara singkat disimpulkan
bahwa teknologi informasi lebih pada sistem pengolahan informasi sedangkan
teknologi komunikasi berfungsi untuk pengiriman informasi. Teori lain
merumuskan definisi dari teknologi informasi dan komunikasi sebagai sesuatu
yang mengijinkan kita memperoleh informasi untuk berkomunikasi dengan setiap
orang atau untuk memiliki sebuah pengaruh pada lingkungan yang sedang
menggunakan peralatan elektronik dan digital.
C. ICT dalam
Pendidikan
ICT dalam pendidikan memiliki peran yang sangat penting. Seperti
yang telah dijelaskan di atas bahwa di samping sebagai pendukung kinerja sistem
pendidikan, ICT juga bermanfaat sebagai media pendidikan. Pendidikan ICT bagi
anak usia dini telah membawa kita pada cara yang baru dalam mengembangkan
teknologi pembelajaran. Mengkaji pendidikan ICT pada anak usia dini ini
memiliki banyak persepsi, diataranya, pemanfaatan ICT sebagai media belajar
atau mengajarkan ICT pada mereka. Namun demikian, keduanya terkadang saling
berhubungan walaupun banyak juga perbedaan dalam segi orientasi dan
pemanfaatan.
D. ICT sebagai Media
Pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak
dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Medoe
adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan.
Pemanfaatan ICT sebagai media pembelajaran merupakan hal yang baru dalam
pendidikan. Hal tersebut tentu diiringi oleh perkembangan zaman saat ini.
Dikeluarkannya komputer mini (netbook)
oleh pabrikan komputer di dunia yang niat awalnya didistribusikan untuk
konsumsi pelajar, merupakan salah satu jalan bagi dunia pendidikan dalam
memanfaatkan ICT tersebut. Walaupun saat ini pemanfaatnya telah berkembang.
Clark mengklasifikasinnya media dalam pembelajaran menjadi 5 perspektif yaitu:
Media sebagai teknologi dan mesin, Media sebagai tutor, Media sebagai alat
sosialisasi, Media sebagai motivator dalam belajar, Media sebagai alat mental
untuk berpikir dan memecahkan masalah.
Proses belajar mengajar
pada hakikatnya adalah proses komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan dari
sumber pesan melalui saluran atau media tertentu ke penerima pesan. Pesan,
sumber pesan, saluran/media dan penerima pesan adalah komponen-komponen proses
komunikasi. Pesan yang dikomunikasikan adalah sebuah informasi Menurut Rudy
Bretz ciri utama media dibagi menjadi 3 unsur pokok, yaitu, suara, visual
dan gerak. Visual dibedakan menjadi tiga, yaitu gambar, garis, dan simbol yang
merupakan suatu kontinum dari bentuk yang dapat ditangkap dengan indra
penglihatan[4].
Di samping itu Bretz juga membedakan antara media siar (telecomunikation) dan media rekam (recording) sehingga terdapat 8 klasifikasi, yaitu[5]:
1) media audio visual gerak,
2) media audio visual diam,
3) media audio semi gerak,
4) media visual gerak,
5) media visual diam,
6) media semi gerak,
7) media audio,
8) media cetak.
Menurut Munadi media
terdiri dari 4 macam yaitu[6]:
a. Media Audio
Pembahasan tentang proses komunikasi pembelajaran dengan
menggunakan media audio tidak lepas dari pembahasan aspek pendengaran. Kita
lebih banyak menghabiskan waktu untuk mendengarkan dari pada untuk melakukan
komunikasi lainnya. Pada tahun 1926 ditemukan bahwa 70% dari waktu bangun kita
dipakai untuk berkomunikasi, yaitu membaca, menulis, berbicara, dan
mendengarkan. Bila waktu yang digunakan untuk beraktivitas tersebut di
bagi-bagi, hasilnya menunjukkkan bahwa 42% dipakai untuk mendengarkan, 32%
untuk bercakap cakap,15% untuk membaca, dan 11% untuk menulis. Mendengarkan
sesungguhnya suatu proses rumit yang melibatkan empat unsur: (1) medengar, (2)
memperhatikan, (3) memahami, dan (4) mengingat. Jadi definisi mendengarkan
adalah” Proses selektif untuk memperhatikan, mendengar, memahami, dan mengingat
simbol-simbol pendengaran”. Karakteristik Media Audio mempunyai ciri
utama dituangkan dalam lambang auditif, baik verbal maupun non verbal. Adapun
kelebihannya adalah sebagai berikut: Mampu mengatasi keterbatasan ruang dan
waktu dan memungkinkan menjangkau sasaran yang luas, mampu mengembangkan daya
imajinasi pendengar, dan mampu memusatkan perhatian anak pada penggunaan
kata-kata, bunyi, serta arti dari kata/bunyi tersebut. Sedangkan kekurangan
media audio adalah sifat komunikasinya hanya satu arah. Memiliki kekurangan
dari sudut perolehan informasi dalam belajar[7].
b.
Media
Visual
Media visual adalah media yang melibatkan indra penglihatan.
Terdapat dua jenis pesan yang dimuat dalam media visual, yakni pesan verbal dan
nonverbal[8].
Pesan verbal-visual terdiri atas kata-kata dalam bentuk tulisan dan pesan non
verbal-visual adalah pesan yang dituangkan ke dalam simbol-simbol
nonverbal-visual. Secara garis besar unsur-unsur yang terdapat pada media visual
terdiri atas garis, bentuk, warna, dan tekstur. Pentingnya pesan verbal dalam
pembelajaran yaitu untuk melakukan pengeriman pesan melalui bahasa verbal untuk
menghasilkan makna. Kata-kata merupakan unsur dari bahasa yang dapat digunakan
sebagai simbol verbal. ”Kata” hanya akan mempunyai ”makna” setelah ia
diasosiasikan dengan ”refrensi/rujukan”. Karakteristik Media Visual ialah Pesan
visual dapat dituangkan dalam bentuk: gambar, grafik, diagram, bagan, peta.
Sedangkan penyaluranpesan visual verbalnonverbal- grafis dapat dilakukan
melalui: buku dan modul, komik, majalah dan jurnal, poster, papan visual. Di
samping itu pesan visual juga dapat berupa benda asli atau tiruan (miniatur).
c.
Media Audio Visual
Media audiovisual dapat
dibagi menjadi dua jenis. Jenis pertama, dilengkapi fungsi peralatan suara dan
gambar dalam satu unit, dinamakan media audiovisual murni, seperti film gerak,
video, televisi. Jenis kedua adalah media audio visual tidak murni yakni apa
yang kita kenal dengan slide, OHP dan peralatan visual lainnya bila diberi
unsur suara dari rekaman kaset yang dimanfaatkan secara bersamaan dalam satu
waktu atau satu proses pembelajaran. Salah satu media audiovisual adalah film.
Dilihat dari indera yang terlibat, film adalah alat komunikasi yang sangat
membantu proses pembelajaran efektif. Apa yang terpandang oleh mata dan
terdengar oleh telinga, lebih cepat dan lebih mudah diingat dari pada apa yang
hanya dilihat atau di dengar saja. Manfaat dan karakteristik lainnya dari media
film dalam meningkatkan efektifitas dan efisiensi proses pembelajaran,
diataranya: Mengatasi keterbetasan jarak dan waktu, Mampu menggambarkan
peristiwa-peristiwa masa lalu secara realistis dalam waktu yang singkat, Dapat
diulang, untuk memperkuat pengingatan, Mengembangkan pikiran dan pendapat.
d.
Multimedia
Media dalam konteks pembelajaran merupakan bahasa, maka multimedia
dalam konteks tersebut adalah multibahasa, yakni ada bahasa yang mudah dipahami
oleh indra pendengaran, penglihatan, peraba dan lain sebagainya; atau dalam
bahasa lain multimedia pembelajaran adalah media yang mampu melibatkan banyak
indera dalam satu organ tubuh selama proses pembelajaran berlangsung. Dalam hal
ini Pemanfaatan Multimedia Berbasis Komputer dalam Pembelajaran dapat berbentuk:
Multimedia Presentasi, Program Multimedia Interaktif, Sarana Simulasi, Video pelajaran/edukatif.
E. ICT dan Anak Usia
Dini
E.1. Cara mengenalkan ICT
pada anak
Teknologi bagaikan dua sisi mata uang yang berbeda, yang memiliki
sisi positif dan negatif. Sehingga implementasinya pun akan berbeda pada setiap
usia perkembangan anak. Pada anak usia dini 0 – 8 tahun sesuai dengan konvensi
anak dunia, serta 0 – 6 tahun menurut konsep pendidikan yang ada di Indonesia,
maka banyak cara mengenalkan teknologi pada anak usia dini, yaitu[9] :
a.
Usia 0-2
tahun: Pada perkembangan anak usia ini, anak mulai belajar mendengar dan
mengenal sekitarnya, dari rangsangan-rangsangan yang ditimbulkan melalui
gerakan, serta suara. Kemudian anak mulai menirukan ketika mereka mulai belajar
berbicara. Pemberian IT pada usia anak demikian, dapat melalui multimedia dengan
cara diputarkan lagu-lagu rohani atau lagu anak. Mengenalkan warna juga dapat
melalui multimedia dengan memutarkan film-film kartun anak, yang tentunya mendidikan.
Mengapa? Karena film-film kartun saat ini pun memiliki unsur warna yang
beragam, sehingga anak dapat mengenalnya walau tidak sekaligus, tetapi
warnawarna yang dominan. Hal ini pun dapat membantu pembentukan karakter anak.
b.
Usia 3-4
tahun: Pada usia ini, anak mulai menggunakan kalimat yang hampir lengkap, hal
ini dapat dilihat dari cara mereka menanyakan sesuatu hal. Menurut Piaget, cara
anak mengajukan pertanyaan menunjukkan perkembangan kognitif seorang anak. Pada
anak yang berasal dari latar belakang orang tua otoriter, anak kurang belajar
berbicara, ketimbang dalam keluarga yang demokratis, dimana anak bukan saja
belajar “mendengar” tetapi juga “didengar”. Oleh karenannya penting diberikan
IT melalui multimedia, dengan cara seperti pada usia anak 0 – 2 tahun, tetapi
cara pembelajarannya sedikit meningkat disesuaikan dengan usia anak yang telah
dapat menerima rangsangan lebih banyak. Misalnya mulai diajarkan melafalkan
ayat-ayat suci Al Qur’an, atau dikenalkan cerita-cerita Kitab Suci melalui film-film,
tentu saja perlu pendampingan orang tua sehingga dapat terlihat sejauh mana
anak mampu untuk belajar. Semakin banyak kesempatan anak belajar untuk berbicara,
dapat membantu anak menumbuhkan rasa percaya dirinya sehingga pada usia sekolah
mereka dapat mengenalkan dan mengungkapkan dirinya secara lisan.
c.
Usia 5-6
tahun: Pada usia ini, pengenalan dunia IT sudah lebih meningkat. Pengenalan
dapat berupa pengenalan perangkat keras komputer (hardware) yang bisa dilihat
dan dipegang langsung oleh anak, misalnya : CPU, Monitor, Mouse, Keyboard dan
Printer. Pengenalan perangkat keras ini juga dilengkapi dengan penjelasan
fungsi dari masing-masing alat dengan cara langsung dipraktekkan (learning by
doing).
d.
Usia 7-8
tahun: pada usia ini, pengenalan dunia IT sudah masuh pada tingkat program
interaktif, dimana anak sudah bisa berinteraksi dengan program aplikasi
pembelajaran.
E.2 Komputer dan
Kecerdasan Intektual dan Emosional
Penelitian tentang pengaruh komputer terhadap perkembangan
intelegensi telah banyak dilakukan oleh para pakar. Hasilnya diperoleh bahwa
penggunaan komputer secara cerdas akan secara timbal balik mempengaruhi
kecerdasan. Komputer mampu memenuhi rasa ingin tahu manusia. Di samping itu,
kecepatan, kecermatan, keterkinian informasi dapat diperoleh melalui sistem
jaringan komputer. Dengan demikian terjadi pengayaan fungsi otak, yang pada
gilirannyameningkatkan produksi sel neuro glial, yaitu sel khusus yang
mengelilingi sel neuron, sehingga menambah aktivitas sel neuron. Mengingat
bahwa ”pabrik otak” itu diwujudkan sebagai hasil interaksi antar cetak biru
genetis dan pengaruh lingkungan. Menurut Clark bahwa otak berfungsi hanya 5%,
sehingga sebagian besar informasi tidak digunakan. Pada gilirannya kerja fungsi
intelegensi yang bersumber dari otak secara timbal balik dipengaruhi dan
mempengaruhi pembelajaran, akan dipersoalkan sampai dimana pengaruhnya dalam
peningkatan kecerdasan emosi pada anak.
E. 3 Dampak Komputer
terhadap Perkembangan Intelegensi
Riset yang dilakukan terhadap pengaruh komputer terhadap
perkembangan intelegensi diperoleh pengaruh yang positif dari keduanya. Hal
tersebut karena ”kerjasama’ antara komputer-otak dan intelegensi yang satu
dengan lainnya mendorong manusia untuk makin tahu memenuhi rasa ingin tahunya,
yang merupakan sifat khas manusia. Komputer dengan jaringannya dalam kehidupan
kini tidak terpisahkan dari berbagai kepentingan untuk memperoleh informasi
yang cepat, cermat, lengkap, dan aktual. Dengan demikian akan membawa kita
secara amat signifikan dalam menyelesaikan berbagai persoalan berkat informasi
yang dihadapi. Maka keliru jika penggunaan komputer dengan program yang sesuai dengan
umur anak-anak dapat dilakukan[10].
E. 4 Intelegensi
Emosional
Goleman (1996) dalam bukunya Emotional Intelligence menjelaskan
bahwa dalam kehidupan mental seorang anak ada dua aspek, yaitu rasio dan emosi,
yang masing-masing tidak pernah berdiri secara terpisah, melainkan dihayati
secara bersamaan, bercirikan pemahaman dan kesadaran yang berasal dari otak
seseorang; sedangkan emosi yang bersifat kuat dan impulsif bersumber dari hati
sanubari atau bahkan juga dari hati nurani seseorang. Emosi merupakan suatu
kondisi tergerak untuk berbuat, dengan demikian, emosi memiliki beberapa
komponen yaitu gerak untuk bertindak, menghayati perasaan yang bersifat
subjektif, dan kesadaran tentang emosi itu atau dengan kata lain, memiliki
unsur subjektif, perilaku, fisiologis. Leventhal, mengalihkan paradigma
tersebut dalam menjelaskan rasio dan emosi yang terkait dengan information
processing sebagai berikut : ada 4 sistem yang terintegrasi dalam model emosi
ini, yaitu
1.
interpretasi
sistem dalam mewujudkan penghayatan emosi,
2.
sistem
ekspresif, yang merupakan umpan balik yang menandai kualitas subjektif emosi,
3.
sistem
tindak instrumental dan
4.
sistem
reaksi jasmaniah.
Teori ini didasarkan
atas tujuh asumsi, yaitu
a. kajian emosi harus beranjak dari laporan verbal pengalaman subjektif
b. kondisi emosional adalah suatu bentuk kebermaknaan, sehingga kalau
kognisi adalah makna, emosi membentuk kognisi,
c. ada berbagai bentuk kognisi abstrak,
d. sistem kebermaknaan berkembang dan berubah,
e. perlu sistem makna khusus.
E.5 Dampak Negatif yang
ditimbulkan
1. Efek radiasi monitor yang perlu diwaspadai.
2. Jarak pandang yang terlalu dekat dan pencahayaan yang kontras
dapat mengganggu indera penglihatan anak.
3. Pengaturan waktu penggunaan komputer yang terkadang los control
sehingga waktu berlebihan yang digunakan membuat anak tidak beraktivitas lain
yang justru dapat merangsang seluruh aspek kecerdasannya.
4. Terhambatnya interaksi sosial.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat
diambil kesimpulan bahwa saat ini kita tidak dapat melepaskan diri dari perkembangan teknologi informasi dan komunikasi
(TIK), karena telah menjadi bagian dari kehidupan dan kebutuhan. Dan ICT
berperan sebagai sarana atau media dalam pembelajaran anak usia dini.
Pola kehidupan tersebut berimbas
pada pengembangan pendidikan yang memanfaatkan TIK khususnya sebagai media
pendidikan. Sebagai usaha mengembangakan kemampuan individu dalam penggunaan
TIK secara praktis maka perlu dikenalkan sejak usia dini.
Pengembangan kemampuan
anak usia dini dalam TIK harus tetap dilakukan dengan konsep pendidikan anak
usia dini yaitu belajar melalui bermain. Materi belajar yang diberikan juga
harus bervariasi dengan berbagai karakteristik TIK sebagi media pembelajaran
agar imajinasi dari anak tersebut berkembang. Sehingga semakin meningkatkan
kemampuan intelektual dan emosional mereka.
B. Saran/Tips
Mengenalkan Komputer pada Anak Usia Dini
Sebenarnya banyak sekali
opini dan perdebatan tentang hal ini. Beberapa pakar meyakini bahwa mempelajari
komputer bagi anak di bawah usia 2 tahun tidak akan memberikan efek positif bagi
mereka. Beberapa pakar bahkan mengkhawatirkan terjadinya kelelahan mata (eye strain) pada balita akibat radiasi
dari layar komputer. Sementara bagi usia anak yang lebih tua (3-6 tahun
misalnya) mempelajari penggunaan komputer ditakutkan akan menyebabkan mereka
kehilangan kemampuan bersosialisasi (social
skill) dengan anak-anak seusianya. Hal ini akan terus mengundang perdebatan
bagi pemerhati pendidikan anak seperti halnya efek televisi pada anak-anak.
Bersumber dari beberapa
literatur dan pengalaman pribadi maka berikut ini beberapa tips yang dapat
dipertimbangkan saat kita ingin memberikan kesempatan anak-anak usia dini untuk
mempelajari komputer:
1.
Tunggulah hingga usia minimal 9 bulan
Anak-anak di bawah usia
9 bulan tidak memiliki kemampuan fisik untuk berinteraksi dengan komputer.
Pandangan mata mereka belum memungkinkan untuk fokus pada usia di bawah 6
bulan. Mereka juga masih sulit untuk duduk tanpa bantuan apapun hingga usia 6-8
bulan.
2.
Biarkan mereka
tertarik dengan sendirinya Hal paling bijaksana adalah tidak memaksakan mereka
mempelajari sesuatu yang tidak disukai. Hal ini justru dapat menimbulkan
trauma. Biarkan ketertarikan mereka muncul dengan sendirinya. ”Tetapi anak
tetangga saya yang sama-sama berusia 3 tahun sudah bisa menggambar dengan
komputer, saya khawatir anak saya akan tertinggal kemampuannya” – Jangan
khawatir, mereka akan mepelajari hal yang sama saat masuk TK atau SD, dan kalau
anak kita memang tertarik pada teknologi informasi ia akan mempelajarinya
dengan cepat.
3.
Komputer
bukan baby sitter elektronik Habiskan
waktu untuk bersama mereka di depan komputer. Berikan penjelasan dan bergembiralah
bersama mereka. Lakukan seperti saat anda membaca buku bergambar bersama
mereka. Jangan menggunakan komputer sebagai sarana untuk mengalihkan perhatian
anak sementara anda mengerjakan hal lain.
4.
Pilihlah
program komputer yang sesuai. Sediakan perangkat lunak komputer dengan
gambar-gambar menarik, lagu yang lucu, dan warna-warni yang dapat merangsang
psikomotorik mereka. Perangkat lunak semacam ini cocok untuk anak berusia 1-3
tahun. Sementara program yang memiliki alur cerita semacam game misalnya baru
akan cocok untuk anak berusia di atas 3 tahun.
5.
Jadikan
komputer adalah sarana bermain bagi mereka
Bagi anak-anak,
komputer sama saja dengan mainan lainnya dan bukan sarana mengerjakan tugas
seperti pada remaja atau orang dewasa. Jangan memaksakan apapun. Sebaiknya
tidak berharap anak usia 3 tahun dapat menguasai keterampilan seperti mengetik
dengan Microsoft WordTM atau melakukan copy
file dengan Windows ExplorerTM. ”Tetapi bukankah di koran ada anak berusia
5 tahun sudah bisa menulis program dalam bahasa Pascal?”—Hal demikian adalah
kasus khusus dan tidak semua anak mempunyai minat terhadap bidang yang sama.
6.
Batasi
penggunaan komputer
Sama dengan video game, berlebihan di depan komputer
dapat menghambat social skill anak-anak.
Kita tentu tidak ingin anak kita kecanduan komputer dan menolak bermain di luar
bersama teman-temannya. Jadi batasi penggunaan komputer, misalnya sehari cukup
1 jam untuk anak-anak berusia di atas 3 tahun dan lebih sedikit lagi untuk
anak-anak berusia di bawahnya. Ingatlah pula jika layar komputer pun memiliki
radiasi seperti halnya televisi yang dapat menyebabkan kelelahan pada mata mereka.
Taruhlah komputer di ruang keluarga atau ruang lain yang mudah kita awasi, jangan
menaruhnya di kamar anak-anak.
7.
Jadilah
konsumen yang bijak
Membelikan sebuah
laptop mahal untuk anak-anak berusia 5 tahun hanya karena ada temannya yang memilikinya
bukanlah langkah bijaksana. Lebih bijaksana kalau anda meng-upgrade komputer bekas anda dengan
beberapa kemampuan untuk memainkan musik dan CD/DVD untuk balita. Pada anak
berusia di bawah 2 tahun kita dapat memberikan keyboard atau mouseyang tidak terpakai untuk mereka jadikan sebagai
mainan dan menarik minat mereka menggunakan komputer.
8.
Berikan
perhatian khusus pada penggunaan internet
Jika anda menyambungkan
komputer dengan internet anda patut memberikan perhatian lebih banyak kepada
mereka. Internet adalah sumber ilmu pengetahuan yang tak terbatas. Di sisi lain
internet bisa menimbulkan banyak masalah saat anak kita mengakses situs yang
tidak sesuai untuk usianya. Berikut ini adalah beberapa website dengan permainan-per
DAFTAR
PUSTAKA
Adams,
Ken.2006. Semua Anak Jenius. Erlangga : Jakarta.
Isjoni.
2010. Model Pembelajaran Anak Usia Dini. Alfabeta : Bandung.
Miarso,
Yusufhadi. 2004. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Pustekom: Jakarta.
Sujiono,
Yuliani Nurani. 2009. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: PT
INDEKS.
Sustiwi,
Atik. 2008. Quantum Playing for Smart Children. Yogyakarta: Plmatera Publishing.
http://www.kidia.org.
Membangun Sikap Kritis Anak Dalam Menggunakan Media.Pendidikan Media.
[1] Yuliani Nurani Sujiono, Konsep Dasar Pendidikan Anak
Usia Dini, (Jakarta: PT INDEKS. 2009), h.23
[2] Ibid, h.25
[3] Ken Adams, Semua Anak Jenius. (Erlangga :
Jakarta. 2006), h. 40
[4] Isjoni, Model Pembelajaran Anak Usia Dini,
(Alfabeta : Bandung.2010), h.50
[5]
Ibid, h.55
[6]
Ibid, h.57
[7] Atik Sustiwi, Quantum Playing for Smart Children,
(Yogyakarta: Plmatera.2008), h.45
[8] Ibid, h. 47
[9] Yusufhadi Miarso,
Menyemai Benih Teknologi Pendidikan, (Pustekom:Jakarta.2004),h.20
[10] http://www.kidia.org. Membangun Sikap
Kritis Anak Dalam Menggunakan Media.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar