Rabu, 07 Januari 2015

MAKALAH KETERKAITAN ICT DENGAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada era globalisasi teknologi merupakan salah satu sarana yang tidak lepas pada kehidupan sehari-hari untuk melakukan aktivitas. Jadi, dalam era globalisasi seperti sekarang ini, setuju atau tidak, mau atau tidak mau, kita harus berhubungan dengan teknologi khususnya teknologi informasi, sebab teknologi tersebut mempengaruhi kehidupan kita sehari-hari. Oleh karena itu, sebaiknya tidak “gagap” terhadap perkembangan teknologi informasi. Banyak hasil penelitian bahwa siapa yang terlambat menguasai informasi, maka terlambat pula memperoleh kesempatan untuk maju. Atas dasar kreativitas akalnya, manusia mengembangkan IPTEK untuk mengolah SDA yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa.
 Pengembangan IPTEK harus didasarkan terhadap moral dan kemanusiaan yang adil dan beradab, agar semua masyarakat mengenal IPTEK secara merata. Begitu juga diharapkan SDM-nya bisa lebih baik lagi, apalagi banyak kemudahan yang akan kita dapatkan. Namun, berbanding terbalik dengan realita yang ada karena semakin canggih perkembangan teknologi, telah membuat masyarakat menjadi malas yang disebabkan oleh kemudahan-kemudahan yang ada tersebut. Contohnya perkembangan IPTEK dibidang telekomunikasi, zaman dahulu handphone itu sangat langka karena harganya yang mahal berbeda dengan sekarang harga handphone sudah sangat murah dan terjangkau oleh semua lapisan masyarakat. Hampir dalam semua kegiatan, manusia memanfaatkan teknologi, baik yang sederhana maupun yang canggih. Penciptaan teknologi, sesuai dengan esensinya, dilakukan untuk memudahkan kegiatan hidup manusia. Walaupun mampu memberikan kontribusi positif, dampak dari penciptaan sebuah teknologi sering pula memberi warna negatif tehadap hidup manusia.
Manusia harus memandang teknologi sebagai sesuatu yang bersifat netral yaitu sarana yang dapat membantu untuk melaksanakan tugas dan aktivitas pekerjaan. Demikian pula halnya dengan komputer yang merupakan teknologi yang berkembang pesat, yang terbukti telah banyak membantu meningkatkan kinerja manusia. Perkembangan zaman saat ini menginjak pada suatu zaman yang menurut Alvin Toffler merupakan gelombang ketiga dari revolusi perkembangan zaman, yaitu revolusi teknologi elektronika dan informatika. Secara umum perkembangan dalam informasi menurut Miarso (2004) menunjukkan ciri-ciri sebagai berikut:

1. meningkatnya daya muat untuk mengumpulkan, menyimpan, memanipulasi, dan menyajikan informasi
2.      kecepatan penyajian informasi yang meningkat
3.      miniaturisasi perangkat keras yang disertai dengan ketersediaan yang melimpah
4.      keragaman pilihan informasi untuk melayani berbagai macam kebutuhan
5.      biaya perolehan informasi, terutama biaya untuk transmisi data yang cepat dalam jarak jauh, yang secara relatif semakin turun
6.      kemudahan penggunaan produk teknologi komunikasi dan informasi, baik yang berupa perangkat keras maupun perangkat lunak
7.      kemampuan distribusi informasi yang semakin cepat dan luas, dan karen itu informasi lebih mudah diperoleh, dengan menembus batas-batas geografis, politis, maupun kedaulatan
8.      meningkatnya kegunaan informasi dengan keanekaragaman pelayanan yang dapat diberikan hingga memungkinkan pemecahan masalah yang ada secara lebih baik serta dibuatnya prediksi masa depan yang lebih tepat.


Era teknologi seperti yang disebutkan di atas membawa perubahan-perubahan serta pengembangan dalam berbagai segi kehidupan. Tidak terkecuali dalam bidang pendidikan. Besarnya peran teknologi komunikasi dan informasi membawa peran tersendiri bagi pendidikan baik sebagai pendukung sistem maupun media pendidikan. Pada makalah ini penulis akan memfokuskan perannya sebagai media pendidikan yang dikhususkan pada anak usia dini. Anak usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses perkembangan dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan selanjutnya. Pada masa rentang usia 0-8 tahun ini proses pertumbuhan dan perkembangan dalam berbagai aspek sedang mengalami masa yang cepat dalam rentang perkembangan manusia.
Proses pembelajaran sebagai bentuk perlakuan yang diberikan pada anak harus memperhatikan karakteristik yang dimiliki setiap tahap perkembangan anak. Berdasarkan Undang-undang No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional berkaitan dengan Pendidikan Anak Usia Dini tertulis pada pasal 28 ayat 1 yang berbunyi ‘ Pendidikan Anak Usia Dini yang diselenggarakan bagi anak sejak lahir sampai dengan enam tahun dan bukan merupakan prasyarat untuk mengikuti pendidikan dasar”.
Selanjutnya pada Bab I pasal I ayat 14 ditegaskan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut (Depdiknas,USPN,2004:4). Dalam hal ini lebih menitikberatkan pada peletakan dasar kearah pertumbuhan dan perkembangan fisik, kecerdasan, sosial emosional, bahasa dan komunikasi sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas maka penulis membatasi pada masalah sebagai berikut:
1.      Bagaimana keterkaitan antara ICT dengan pendidikan anak usia dini?
2.      Bagaimana cara mengenalkan teknologi informasi pada anak usia dini yang tidak dibahayakan oleh manfaatnya?
3.      Apa saja dampak yang terjadi akibat dari pengenalan ICT pada anak usia dini?.
4.      Aspek perkembangan apa yang dapat dikembangkan melalui ICT?.

C. Tujuan
1.      Mengenalkan teknologi informasi yang ramah anak pada anak usia dini.
2.      Memberi penjelasan lebih dalam tentang ICT.


BAB II
PEMBAHASAN

A.      Hakekat Belajar Anak Usia Dini
Pembelajaran Anak Usia Dini berpedoman pada prinsip belajar bermain bermain atau bermain. Bermain merupakan tuntutan dan kebutuhan bagi anak usia dini, sehingga kegiatan pembelajarannya dilakukan dengan berbagai macam permainan dalam suasana yang menyenangkan dan merangsang anak untuk terlibat secara aktif. Bermain merupakan suatu kegiatan yang dilakukan dengan atau tanpa alat yang menghasilkan pengertian atau memberikan informasi, memberikan kesenangan maupun mengembangkan imajinasi pada anak (Sudono, 2000)[1].
Sedangkan belajar merupakan aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap (Darsono, 2000)[2]. Melalui bermain, tuntutan akan kebutuhan perkembangan dimensi motorik, kognitif, kreatifitas, bahasa, emosi, interaksi sosial, nilai-nilai, dan sikap hidup dapat terpenuhi. Ketika bermain, anak akan berimajinasi dan mengeluarkan ide-ide yang tersimpan dalam dirinya. Anak mengekspresikan pengetahuan yang dia miliki tentang dunia sekitarnya. Melalui kegiatan bermain, anak mempunyai kesempatan lebih banyak untuk bereksplorasi, sehingga pemahaman tentang konsep maupun pengertian dasar suatu pengetahuan dapat dipahami anak dengan lebih mudah.

B. Definisi ICT
ICT (Informations and Communication Technologies) atau di-Indonesiakan menjadi Teknologi Informasi dan Komunikasi merupakan suatu sistem yang terdiri dari sistem informasi dan komunikasi. Masing-masing memiliki definisi dan ruang lingkup tersendiri. Teknologi informasi merupakan studi atau penggunaan peralatan elektronika, terutama komputer untuk menyimpan, menganalisis dan mendistribusikan informasi apa saja, termasuk kata-kata, bilangan dan gambar. Lucas (dalam munir, 2008)[3] menyatakan bahwa teknologi informasi adalah segala bentuk teknologi yang diterapkan untuk memproses dan mengirim informasi dalam bentuk elektronik, mikro komputer, komputer mainframe, pembaca barcode, perangkat lunak memproses transaksi, perangkat lembar kerja dan peralatan komunikasi dan jaringan merupakan contoh teknologi informasi. Informasi yang disampaikan berupa pesanpesan elektronik.
 Teknologi Informasi menekankan pada pelaksanaan dan pemrosesan data seperti menangkap, mentransmisikan, menyimpan, mengmbil, memanipulasi atau menampilkan data dengan menggunakan perangkat-perangkat teknologi elektronik terutama komputer Sedangkan Teknologi komunikasi merupakan perangkat-perangkat teknologi yang terdiri dari hardware, software, proses dan sistem, yang digunakan untuk membantu proses komunikasi, yang bertujuan agar komunikasi berhasil. Teknologi komunikasi menekankan pada penggunaan perangkat teknologi elektronika dan lebih menekankan pada aspek ketercapaian tujuan dalam proses komunikasi, sehingga data dan informasi yang diolah dengan teknologi informasi harus memenuhi kriteria komunikasi yang efektif. Secara singkat disimpulkan bahwa teknologi informasi lebih pada sistem pengolahan informasi sedangkan teknologi komunikasi berfungsi untuk pengiriman informasi. Teori lain merumuskan definisi dari teknologi informasi dan komunikasi sebagai sesuatu yang mengijinkan kita memperoleh informasi untuk berkomunikasi dengan setiap orang atau untuk memiliki sebuah pengaruh pada lingkungan yang sedang menggunakan peralatan elektronik dan digital.

C. ICT dalam Pendidikan
ICT dalam pendidikan memiliki peran yang sangat penting. Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa di samping sebagai pendukung kinerja sistem pendidikan, ICT juga bermanfaat sebagai media pendidikan. Pendidikan ICT bagi anak usia dini telah membawa kita pada cara yang baru dalam mengembangkan teknologi pembelajaran. Mengkaji pendidikan ICT pada anak usia dini ini memiliki banyak persepsi, diataranya, pemanfaatan ICT sebagai media belajar atau mengajarkan ICT pada mereka. Namun demikian, keduanya terkadang saling berhubungan walaupun banyak juga perbedaan dalam segi orientasi dan pemanfaatan.

D. ICT sebagai Media Pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Medoe adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan. Pemanfaatan ICT sebagai media pembelajaran merupakan hal yang baru dalam pendidikan. Hal tersebut tentu diiringi oleh perkembangan zaman saat ini. Dikeluarkannya komputer mini (netbook) oleh pabrikan komputer di dunia yang niat awalnya didistribusikan untuk konsumsi pelajar, merupakan salah satu jalan bagi dunia pendidikan dalam memanfaatkan ICT tersebut. Walaupun saat ini pemanfaatnya telah berkembang. Clark mengklasifikasinnya media dalam pembelajaran menjadi 5 perspektif yaitu: Media sebagai teknologi dan mesin, Media sebagai tutor, Media sebagai alat sosialisasi, Media sebagai motivator dalam belajar, Media sebagai alat mental untuk berpikir dan memecahkan masalah.
 Proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah proses komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan dari sumber pesan melalui saluran atau media tertentu ke penerima pesan. Pesan, sumber pesan, saluran/media dan penerima pesan adalah komponen-komponen proses komunikasi. Pesan yang dikomunikasikan adalah sebuah informasi Menurut Rudy Bretz ciri utama media dibagi menjadi 3 unsur pokok, yaitu, suara, visual dan gerak. Visual dibedakan menjadi tiga, yaitu gambar, garis, dan simbol yang merupakan suatu kontinum dari bentuk yang dapat ditangkap dengan indra penglihatan[4]. Di samping itu Bretz juga membedakan antara media siar (telecomunikation) dan media rekam (recording) sehingga terdapat 8 klasifikasi, yaitu[5]:
1)      media audio visual gerak,
2)      media audio visual diam,
3)      media audio semi gerak,
4)      media visual gerak,
5)      media visual diam,
6)      media semi gerak,
7)      media audio,
8)      media cetak.

Menurut Munadi media terdiri dari 4 macam yaitu[6]:
a.      Media Audio
Pembahasan tentang proses komunikasi pembelajaran dengan menggunakan media audio tidak lepas dari pembahasan aspek pendengaran. Kita lebih banyak menghabiskan waktu untuk mendengarkan dari pada untuk melakukan komunikasi lainnya. Pada tahun 1926 ditemukan bahwa 70% dari waktu bangun kita dipakai untuk berkomunikasi, yaitu membaca, menulis, berbicara, dan mendengarkan. Bila waktu yang digunakan untuk beraktivitas tersebut di bagi-bagi, hasilnya menunjukkkan bahwa 42% dipakai untuk mendengarkan, 32% untuk bercakap cakap,15% untuk membaca, dan 11% untuk menulis. Mendengarkan sesungguhnya suatu proses rumit yang melibatkan empat unsur: (1) medengar, (2) memperhatikan, (3) memahami, dan (4) mengingat. Jadi definisi mendengarkan adalah” Proses selektif untuk memperhatikan, mendengar, memahami, dan mengingat simbol-simbol pendengaran”. Karakteristik Media Audio mempunyai ciri utama dituangkan dalam lambang auditif, baik verbal maupun non verbal. Adapun kelebihannya adalah sebagai berikut: Mampu mengatasi keterbatasan ruang dan waktu dan memungkinkan menjangkau sasaran yang luas, mampu mengembangkan daya imajinasi pendengar, dan mampu memusatkan perhatian anak pada penggunaan kata-kata, bunyi, serta arti dari kata/bunyi tersebut. Sedangkan kekurangan media audio adalah sifat komunikasinya hanya satu arah. Memiliki kekurangan dari sudut perolehan informasi dalam belajar[7].

b.        Media Visual
Media visual adalah media yang melibatkan indra penglihatan. Terdapat dua jenis pesan yang dimuat dalam media visual, yakni pesan verbal dan nonverbal[8]. Pesan verbal-visual terdiri atas kata-kata dalam bentuk tulisan dan pesan non verbal-visual adalah pesan yang dituangkan ke dalam simbol-simbol nonverbal-visual. Secara garis besar unsur-unsur yang terdapat pada media visual terdiri atas garis, bentuk, warna, dan tekstur. Pentingnya pesan verbal dalam pembelajaran yaitu untuk melakukan pengeriman pesan melalui bahasa verbal untuk menghasilkan makna. Kata-kata merupakan unsur dari bahasa yang dapat digunakan sebagai simbol verbal. ”Kata” hanya akan mempunyai ”makna” setelah ia diasosiasikan dengan ”refrensi/rujukan”. Karakteristik Media Visual ialah Pesan visual dapat dituangkan dalam bentuk: gambar, grafik, diagram, bagan, peta. Sedangkan penyaluranpesan visual verbalnonverbal- grafis dapat dilakukan melalui: buku dan modul, komik, majalah dan jurnal, poster, papan visual. Di samping itu pesan visual juga dapat berupa benda asli atau tiruan (miniatur).

c.         Media Audio Visual
Media audiovisual dapat dibagi menjadi dua jenis. Jenis pertama, dilengkapi fungsi peralatan suara dan gambar dalam satu unit, dinamakan media audiovisual murni, seperti film gerak, video, televisi. Jenis kedua adalah media audio visual tidak murni yakni apa yang kita kenal dengan slide, OHP dan peralatan visual lainnya bila diberi unsur suara dari rekaman kaset yang dimanfaatkan secara bersamaan dalam satu waktu atau satu proses pembelajaran. Salah satu media audiovisual adalah film. Dilihat dari indera yang terlibat, film adalah alat komunikasi yang sangat membantu proses pembelajaran efektif. Apa yang terpandang oleh mata dan terdengar oleh telinga, lebih cepat dan lebih mudah diingat dari pada apa yang hanya dilihat atau di dengar saja. Manfaat dan karakteristik lainnya dari media film dalam meningkatkan efektifitas dan efisiensi proses pembelajaran, diataranya: Mengatasi keterbetasan jarak dan waktu, Mampu menggambarkan peristiwa-peristiwa masa lalu secara realistis dalam waktu yang singkat, Dapat diulang, untuk memperkuat pengingatan, Mengembangkan pikiran dan pendapat.

d.        Multimedia
Media dalam konteks pembelajaran merupakan bahasa, maka multimedia dalam konteks tersebut adalah multibahasa, yakni ada bahasa yang mudah dipahami oleh indra pendengaran, penglihatan, peraba dan lain sebagainya; atau dalam bahasa lain multimedia pembelajaran adalah media yang mampu melibatkan banyak indera dalam satu organ tubuh selama proses pembelajaran berlangsung. Dalam hal ini Pemanfaatan Multimedia Berbasis Komputer dalam Pembelajaran dapat berbentuk: Multimedia Presentasi, Program Multimedia Interaktif, Sarana Simulasi, Video pelajaran/edukatif.

E. ICT dan Anak Usia Dini
E.1. Cara mengenalkan ICT pada anak
Teknologi bagaikan dua sisi mata uang yang berbeda, yang memiliki sisi positif dan negatif. Sehingga implementasinya pun akan berbeda pada setiap usia perkembangan anak. Pada anak usia dini 0 – 8 tahun sesuai dengan konvensi anak dunia, serta 0 – 6 tahun menurut konsep pendidikan yang ada di Indonesia, maka banyak cara mengenalkan teknologi pada anak usia dini, yaitu[9] :
a.       Usia 0-2 tahun: Pada perkembangan anak usia ini, anak mulai belajar mendengar dan mengenal sekitarnya, dari rangsangan-rangsangan yang ditimbulkan melalui gerakan, serta suara. Kemudian anak mulai menirukan ketika mereka mulai belajar berbicara. Pemberian IT pada usia anak demikian, dapat melalui multimedia dengan cara diputarkan lagu-lagu rohani atau lagu anak. Mengenalkan warna juga dapat melalui multimedia dengan memutarkan film-film kartun anak, yang tentunya mendidikan. Mengapa? Karena film-film kartun saat ini pun memiliki unsur warna yang beragam, sehingga anak dapat mengenalnya walau tidak sekaligus, tetapi warnawarna yang dominan. Hal ini pun dapat membantu pembentukan karakter anak.
b.      Usia 3-4 tahun: Pada usia ini, anak mulai menggunakan kalimat yang hampir lengkap, hal ini dapat dilihat dari cara mereka menanyakan sesuatu hal. Menurut Piaget, cara anak mengajukan pertanyaan menunjukkan perkembangan kognitif seorang anak. Pada anak yang berasal dari latar belakang orang tua otoriter, anak kurang belajar berbicara, ketimbang dalam keluarga yang demokratis, dimana anak bukan saja belajar “mendengar” tetapi juga “didengar”. Oleh karenannya penting diberikan IT melalui multimedia, dengan cara seperti pada usia anak 0 – 2 tahun, tetapi cara pembelajarannya sedikit meningkat disesuaikan dengan usia anak yang telah dapat menerima rangsangan lebih banyak. Misalnya mulai diajarkan melafalkan ayat-ayat suci Al Qur’an, atau dikenalkan cerita-cerita Kitab Suci melalui film-film, tentu saja perlu pendampingan orang tua sehingga dapat terlihat sejauh mana anak mampu untuk belajar. Semakin banyak kesempatan anak belajar untuk berbicara, dapat membantu anak menumbuhkan rasa percaya dirinya sehingga pada usia sekolah mereka dapat mengenalkan dan mengungkapkan dirinya secara lisan.
c.       Usia 5-6 tahun: Pada usia ini, pengenalan dunia IT sudah lebih meningkat. Pengenalan dapat berupa pengenalan perangkat keras komputer (hardware) yang bisa dilihat dan dipegang langsung oleh anak, misalnya : CPU, Monitor, Mouse, Keyboard dan Printer. Pengenalan perangkat keras ini juga dilengkapi dengan penjelasan fungsi dari masing-masing alat dengan cara langsung dipraktekkan (learning by doing).
d.      Usia 7-8 tahun: pada usia ini, pengenalan dunia IT sudah masuh pada tingkat program interaktif, dimana anak sudah bisa berinteraksi dengan program aplikasi pembelajaran.

E.2 Komputer dan Kecerdasan Intektual dan Emosional
Penelitian tentang pengaruh komputer terhadap perkembangan intelegensi telah banyak dilakukan oleh para pakar. Hasilnya diperoleh bahwa penggunaan komputer secara cerdas akan secara timbal balik mempengaruhi kecerdasan. Komputer mampu memenuhi rasa ingin tahu manusia. Di samping itu, kecepatan, kecermatan, keterkinian informasi dapat diperoleh melalui sistem jaringan komputer. Dengan demikian terjadi pengayaan fungsi otak, yang pada gilirannyameningkatkan produksi sel neuro glial, yaitu sel khusus yang mengelilingi sel neuron, sehingga menambah aktivitas sel neuron. Mengingat bahwa ”pabrik otak” itu diwujudkan sebagai hasil interaksi antar cetak biru genetis dan pengaruh lingkungan. Menurut Clark bahwa otak berfungsi hanya 5%, sehingga sebagian besar informasi tidak digunakan. Pada gilirannya kerja fungsi intelegensi yang bersumber dari otak secara timbal balik dipengaruhi dan mempengaruhi pembelajaran, akan dipersoalkan sampai dimana pengaruhnya dalam peningkatan kecerdasan emosi pada anak.

E. 3 Dampak Komputer terhadap Perkembangan Intelegensi
Riset yang dilakukan terhadap pengaruh komputer terhadap perkembangan intelegensi diperoleh pengaruh yang positif dari keduanya. Hal tersebut karena ”kerjasama’ antara komputer-otak dan intelegensi yang satu dengan lainnya mendorong manusia untuk makin tahu memenuhi rasa ingin tahunya, yang merupakan sifat khas manusia. Komputer dengan jaringannya dalam kehidupan kini tidak terpisahkan dari berbagai kepentingan untuk memperoleh informasi yang cepat, cermat, lengkap, dan aktual. Dengan demikian akan membawa kita secara amat signifikan dalam menyelesaikan berbagai persoalan berkat informasi yang dihadapi. Maka keliru jika penggunaan komputer dengan program yang sesuai dengan umur anak-anak dapat dilakukan[10].

E. 4 Intelegensi Emosional
Goleman (1996) dalam bukunya Emotional Intelligence menjelaskan bahwa dalam kehidupan mental seorang anak ada dua aspek, yaitu rasio dan emosi, yang masing-masing tidak pernah berdiri secara terpisah, melainkan dihayati secara bersamaan, bercirikan pemahaman dan kesadaran yang berasal dari otak seseorang; sedangkan emosi yang bersifat kuat dan impulsif bersumber dari hati sanubari atau bahkan juga dari hati nurani seseorang. Emosi merupakan suatu kondisi tergerak untuk berbuat, dengan demikian, emosi memiliki beberapa komponen yaitu gerak untuk bertindak, menghayati perasaan yang bersifat subjektif, dan kesadaran tentang emosi itu atau dengan kata lain, memiliki unsur subjektif, perilaku, fisiologis. Leventhal, mengalihkan paradigma tersebut dalam menjelaskan rasio dan emosi yang terkait dengan information processing sebagai berikut : ada 4 sistem yang terintegrasi dalam model emosi ini, yaitu
1.      interpretasi sistem dalam mewujudkan penghayatan emosi,
2.      sistem ekspresif, yang merupakan umpan balik yang menandai kualitas subjektif emosi,
3.      sistem tindak instrumental dan
4.      sistem reaksi jasmaniah.
Teori ini didasarkan atas tujuh asumsi, yaitu
a.       kajian emosi harus beranjak dari laporan verbal pengalaman subjektif
b.      kondisi emosional adalah suatu bentuk kebermaknaan, sehingga kalau kognisi adalah makna, emosi membentuk kognisi,
c.       ada berbagai bentuk kognisi abstrak,
d.      sistem kebermaknaan berkembang dan berubah,
e.       perlu sistem makna khusus.

E.5 Dampak Negatif yang ditimbulkan
1.      Efek radiasi monitor yang perlu diwaspadai.
2.      Jarak pandang yang terlalu dekat dan pencahayaan yang kontras dapat mengganggu indera penglihatan anak.
3.      Pengaturan waktu penggunaan komputer yang terkadang los control sehingga waktu berlebihan yang digunakan membuat anak tidak beraktivitas lain yang justru dapat merangsang seluruh aspek kecerdasannya.
4.      Terhambatnya interaksi sosial.



BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa saat ini kita tidak dapat melepaskan diri dari perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK), karena telah menjadi bagian dari kehidupan dan kebutuhan. Dan ICT berperan sebagai sarana atau media dalam pembelajaran anak usia dini.
Pola kehidupan tersebut berimbas pada pengembangan pendidikan yang memanfaatkan TIK khususnya sebagai media pendidikan. Sebagai usaha mengembangakan kemampuan individu dalam penggunaan TIK secara praktis maka perlu dikenalkan sejak usia dini.
Pengembangan kemampuan anak usia dini dalam TIK harus tetap dilakukan dengan konsep pendidikan anak usia dini yaitu belajar melalui bermain. Materi belajar yang diberikan juga harus bervariasi dengan berbagai karakteristik TIK sebagi media pembelajaran agar imajinasi dari anak tersebut berkembang. Sehingga semakin meningkatkan kemampuan intelektual dan emosional mereka.

B.     Saran/Tips Mengenalkan Komputer pada Anak Usia Dini

Sebenarnya banyak sekali opini dan perdebatan tentang hal ini. Beberapa pakar meyakini bahwa mempelajari komputer bagi anak di bawah usia 2 tahun tidak akan memberikan efek positif bagi mereka. Beberapa pakar bahkan mengkhawatirkan terjadinya kelelahan mata (eye strain) pada balita akibat radiasi dari layar komputer. Sementara bagi usia anak yang lebih tua (3-6 tahun misalnya) mempelajari penggunaan komputer ditakutkan akan menyebabkan mereka kehilangan kemampuan bersosialisasi (social skill) dengan anak-anak seusianya. Hal ini akan terus mengundang perdebatan bagi pemerhati pendidikan anak seperti halnya efek televisi pada anak-anak.
Bersumber dari beberapa literatur dan pengalaman pribadi maka berikut ini beberapa tips yang dapat dipertimbangkan saat kita ingin memberikan kesempatan anak-anak usia dini untuk mempelajari komputer:
1.       Tunggulah hingga usia minimal 9 bulan
Anak-anak di bawah usia 9 bulan tidak memiliki kemampuan fisik untuk berinteraksi dengan komputer. Pandangan mata mereka belum memungkinkan untuk fokus pada usia di bawah 6 bulan. Mereka juga masih sulit untuk duduk tanpa bantuan apapun hingga usia 6-8 bulan.
2.      Biarkan mereka tertarik dengan sendirinya Hal paling bijaksana adalah tidak memaksakan mereka mempelajari sesuatu yang tidak disukai. Hal ini justru dapat menimbulkan trauma. Biarkan ketertarikan mereka muncul dengan sendirinya. ”Tetapi anak tetangga saya yang sama-sama berusia 3 tahun sudah bisa menggambar dengan komputer, saya khawatir anak saya akan tertinggal kemampuannya” – Jangan khawatir, mereka akan mepelajari hal yang sama saat masuk TK atau SD, dan kalau anak kita memang tertarik pada teknologi informasi ia akan mempelajarinya dengan cepat.
3.      Komputer bukan baby sitter elektronik Habiskan waktu untuk bersama mereka di depan komputer. Berikan penjelasan dan bergembiralah bersama mereka. Lakukan seperti saat anda membaca buku bergambar bersama mereka. Jangan menggunakan komputer sebagai sarana untuk mengalihkan perhatian anak sementara anda mengerjakan hal lain.
4.      Pilihlah program komputer yang sesuai. Sediakan perangkat lunak komputer dengan gambar-gambar menarik, lagu yang lucu, dan warna-warni yang dapat merangsang psikomotorik mereka. Perangkat lunak semacam ini cocok untuk anak berusia 1-3 tahun. Sementara program yang memiliki alur cerita semacam game misalnya baru akan cocok untuk anak berusia di atas 3 tahun.
5.      Jadikan komputer adalah sarana bermain bagi mereka
Bagi anak-anak, komputer sama saja dengan mainan lainnya dan bukan sarana mengerjakan tugas seperti pada remaja atau orang dewasa. Jangan memaksakan apapun. Sebaiknya tidak berharap anak usia 3 tahun dapat menguasai keterampilan seperti mengetik dengan Microsoft WordTM atau melakukan copy file dengan Windows ExplorerTM. ”Tetapi bukankah di koran ada anak berusia 5 tahun sudah bisa menulis program dalam bahasa Pascal?”—Hal demikian adalah kasus khusus dan tidak semua anak mempunyai minat terhadap bidang yang sama.
6.      Batasi penggunaan komputer
Sama dengan video game, berlebihan di depan komputer dapat menghambat social skill anak-anak. Kita tentu tidak ingin anak kita kecanduan komputer dan menolak bermain di luar bersama teman-temannya. Jadi batasi penggunaan komputer, misalnya sehari cukup 1 jam untuk anak-anak berusia di atas 3 tahun dan lebih sedikit lagi untuk anak-anak berusia di bawahnya. Ingatlah pula jika layar komputer pun memiliki radiasi seperti halnya televisi yang dapat menyebabkan kelelahan pada mata mereka. Taruhlah komputer di ruang keluarga atau ruang lain yang mudah kita awasi, jangan menaruhnya di kamar anak-anak.
7.      Jadilah konsumen yang bijak
Membelikan sebuah laptop mahal untuk anak-anak berusia 5 tahun hanya karena ada temannya yang memilikinya bukanlah langkah bijaksana. Lebih bijaksana kalau anda meng-upgrade komputer bekas anda dengan beberapa kemampuan untuk memainkan musik dan CD/DVD untuk balita. Pada anak berusia di bawah 2 tahun kita dapat memberikan keyboard atau mouseyang tidak terpakai untuk mereka jadikan sebagai mainan dan menarik minat mereka menggunakan komputer.
8.      Berikan perhatian khusus pada penggunaan internet
Jika anda menyambungkan komputer dengan internet anda patut memberikan perhatian lebih banyak kepada mereka. Internet adalah sumber ilmu pengetahuan yang tak terbatas. Di sisi lain internet bisa menimbulkan banyak masalah saat anak kita mengakses situs yang tidak sesuai untuk usianya. Berikut ini adalah beberapa website dengan permainan-per
DAFTAR PUSTAKA

Adams, Ken.2006. Semua Anak Jenius. Erlangga : Jakarta.
Isjoni. 2010. Model Pembelajaran Anak Usia Dini. Alfabeta : Bandung.
Miarso, Yusufhadi. 2004. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Pustekom: Jakarta.
Sujiono, Yuliani Nurani. 2009. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: PT INDEKS.
Sustiwi, Atik. 2008. Quantum Playing for Smart Children. Yogyakarta: Plmatera Publishing.
http://www.kidia.org. Membangun Sikap Kritis Anak Dalam Menggunakan Media.Pendidikan Media.



[1] Yuliani Nurani Sujiono, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, (Jakarta: PT INDEKS. 2009), h.23
[2] Ibid, h.25
[3] Ken Adams, Semua Anak Jenius. (Erlangga : Jakarta. 2006), h. 40

[4] Isjoni, Model Pembelajaran Anak Usia Dini, (Alfabeta : Bandung.2010), h.50
[5] Ibid, h.55
[6] Ibid, h.57
[7] Atik Sustiwi, Quantum Playing for Smart Children, (Yogyakarta: Plmatera.2008), h.45
[8] Ibid, h. 47
[9] Yusufhadi Miarso,  Menyemai Benih Teknologi Pendidikan, (Pustekom:Jakarta.2004),h.20

[10] http://www.kidia.org. Membangun Sikap Kritis Anak Dalam Menggunakan Media.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar