A. Sejarah
singkat permainan kelereng
Permainan kelereng ternyata
sudah dimainkan sejak dahulu kala, sejarah permainan kelereng banyak ditemukan di
beberapa negara, antara lain di Mesir kuno pada tahun 3000
SM, kelereng terbuat dari batu atau tanah liat. Kelereng tertua koleksi The
British Museum di London berasal dari tahun 2000-1700 SM. Kelereng tersebut
ditemukan di Kreta pada situs Minoan of Petsofa. Di lain tempat dan masa yaitu pada masa Romawi, permainan
kelereng juga sudah dimainkan secara luas. Bahkan, menjadi salah satu bagian
dari festival Saturnalia, yang diadakan saat menjelang perayaaan Natal. Saat
itu semua orang saling memberikan sekantung biji-bijian yang berfungsi sebagai
kelereng tanda persahabatan. Kemudian, sejak
abad ke-12, di Perancis, kelereng disebut dengan bille, artinya bola
kecil, di Belanda disebut dengan nama knikkers. Di Inggris ada istilah marbles
untuk menyebut kelereng. Marbles sendiri digunakan untuk menyebut kelereng
terbuat dari marmer yang didatangkan dari Jerman. Namun, jauh sebelumnya,
anak-anak di Inggris telah akrab menyebutnya dengan bowls atau knikkers.
Teknologi pembuatan kelereng kaca
ditemukan pada 1864 di Jerman. Kelereng yang semula satu warna, menjadi
berwarna-warni mirip permen. Teknologi ini segera menyebar ke seluruh Eropa dan
Amerika. Kelereng populer di Inggris dan negara Eropa lain sejak abad ke-16
hingga 19. Setelah itu baru menyebar ke Amerika. Bahan pembuatnya adalah tanah
liat dan diproduksi besar-besaran. Namun, akibat Perang Dunia
II, pengiriman mesin pembuat kelereng itu sempat terhenti dan akhirnya
masing-masing negara mengembangkannya sendiri.
Kelereng pun ternyata dapat ditemukan di
Indonesia sebagai salah satu permainan tradisional, walaupun belum ada catatan yang pasti
mengenai sejarah asal mula permainan kelereng di negeri kita ini. Permainan
kelereng seringkali disebut permainan anak-anak kampung. Permainan ini memiliki
berbagai sebutan sesuai daerah asal pemainnya, kelereng disebut gundu oleh orang Betawi, kaleci oleh orang Sunda, dan neker oleh orang Jawa.
B. Alat yang digunakan
- Tanah berpasir/halaman/tempat untuk bermain
- Kelereng
untuk masing-masing anak.
Awalnya
membidik, lalu menjentik, saat gundu alias kelereng lawan terkena, anak Anda
yang akan memenangkan kelerengnya.
- Gambar lingkaran kecil di tanah. Semua anak menaruh sebutir kelereng di dalam lingkaran.
- Lalu semua anak berdiri kira-kira satu meter dari lingkaran, di belakang sebuah garis. Secara bergantian, lemparkan sebutir kelereng lainnya ke arah lingkaran. Anak yang kelerengnya paling jauh dari lingkaran, boleh main lebih dulu.
- Dia harus memakai kelereng yang ada di luar lingkaran sebagai “Penyerang” untuk memukul kelereng di dalam lingkaran keluar. Kalau berhasil melakukannya, maka ia boleh menyimpan setiap kelereng yang kena jentik.
- Cara menjentik kelereng: pertemukan ibu jari dengan jari tengah. Sentilkan kedua jari tepat pada gundu.
- Kelereng “Penyerang” harus tetap tinggal di dalam lingkaran. Kalau tidak, maka anak yang memilikinya akan kehilangan kelereng tersebut.
- Pemenang adalah anak yang mengumpulkan kelereng atau gundu terbanyak
D. Manfaat bermain kelereng
Dengan bermain kelereng, kita akan memperoleh banyak
manfaat di antaranya:
- Melatih emosi (relaks).
- Melatih kemampuan berpikir (kognitif).
- Melatih kemampuan motorik.
- Melatih kesabaran.
- Melatih tingkat ketelitian dan kecermatan.
- Kemampuan
berkompetensi.
- Kemampuan
Sosial (Menjalin Pertemanan).
- Bersikap jujur.
boleh lah boleh
BalasHapus