Rabu, 07 Januari 2015

Permainan Tradisional Kelereng

A. Sejarah singkat permainan kelereng

Permainan kelereng ternyata sudah dimainkan sejak dahulu kala, sejarah permainan kelereng banyak ditemukan di beberapa negara, antara lain di Mesir kuno pada tahun 3000 SM, kelereng terbuat dari batu atau tanah liat. Kelereng tertua koleksi The British Museum di London berasal dari tahun 2000-1700 SM. Kelereng tersebut ditemukan di Kreta pada situs Minoan of Petsofa. Di lain tempat dan masa yaitu pada masa Romawi, permainan kelereng juga sudah dimainkan secara luas. Bahkan, menjadi salah satu bagian dari festival Saturnalia, yang diadakan saat menjelang perayaaan Natal. Saat itu semua orang saling memberikan sekantung biji-bijian yang berfungsi sebagai kelereng tanda persahabatan. Kemudian, sejak abad ke-12, di Perancis, kelereng disebut dengan bille, artinya bola kecil, di Belanda disebut dengan nama knikkers. Di Inggris ada istilah marbles untuk menyebut kelereng. Marbles sendiri digunakan untuk menyebut kelereng terbuat dari marmer yang didatangkan dari Jerman. Namun, jauh sebelumnya, anak-anak di Inggris telah akrab menyebutnya dengan bowls atau knikkers.
Teknologi pembuatan kelereng kaca ditemukan pada 1864 di Jerman. Kelereng yang semula satu warna, menjadi berwarna-warni mirip permen. Teknologi ini segera menyebar ke seluruh Eropa dan Amerika. Kelereng populer di Inggris dan negara Eropa lain sejak abad ke-16 hingga 19. Setelah itu baru menyebar ke Amerika. Bahan pembuatnya adalah tanah liat dan diproduksi besar-besaran. Namun, akibat Perang Dunia II, pengiriman mesin pembuat kelereng itu sempat terhenti dan akhirnya masing-masing negara mengembangkannya sendiri.
Kelereng pun ternyata dapat ditemukan di Indonesia sebagai salah satu permainan tradisional,  walaupun belum ada catatan yang pasti mengenai sejarah asal mula permainan kelereng di negeri kita ini. Permainan kelereng seringkali disebut permainan anak-anak kampung. Permainan ini memiliki berbagai sebutan sesuai daerah asal pemainnya, kelereng disebut gundu oleh orang Betawi, kaleci oleh orang Sunda, dan neker oleh orang Jawa.

B. Alat yang digunakan

    1. Tanah berpasir/halaman/tempat untuk bermain
    2. Kelereng untuk masing-masing anak.

       
      Dok. pribadi


      C. Cara Bermain Kelereng

      Awalnya membidik, lalu menjentik, saat gundu alias kelereng lawan terkena, anak Anda yang akan memenangkan kelerengnya.
      • Gambar lingkaran kecil di tanah. Semua anak menaruh sebutir kelereng di dalam lingkaran.
      • Lalu semua anak berdiri kira-kira satu meter dari lingkaran, di belakang sebuah garis. Secara bergantian, lemparkan sebutir kelereng lainnya ke arah lingkaran. Anak  yang kelerengnya paling jauh dari lingkaran, boleh main lebih dulu.
      • Dia harus memakai kelereng yang ada di luar lingkaran sebagai “Penyerang” untuk memukul kelereng di dalam lingkaran keluar. Kalau berhasil melakukannya, maka ia boleh menyimpan setiap kelereng yang kena jentik.
      • Cara menjentik kelereng: pertemukan ibu jari dengan jari tengah. Sentilkan kedua jari tepat pada gundu.
      • Kelereng “Penyerang” harus tetap tinggal di dalam lingkaran. Kalau tidak, maka anak yang memilikinya akan kehilangan kelereng tersebut.
      • Pemenang adalah anak yang mengumpulkan kelereng atau gundu terbanyak

      D. Manfaat bermain kelereng

      Dengan bermain kelereng, kita akan memperoleh banyak manfaat di antaranya:
      1. Melatih emosi (relaks).
      2. Melatih kemampuan berpikir (kognitif).
      3. Melatih kemampuan motorik.
      4. Melatih kesabaran.
      5. Melatih tingkat ketelitian dan kecermatan.
      6. Kemampuan berkompetensi.
      7. Kemampuan Sosial (Menjalin Pertemanan).
      8. Bersikap jujur.


      1 komentar: